24 Mayıs 2016 Salı

Kaum Fasis Di Dunia Ketiga

Kaum Fasis Di Dunia Ketiga

nazi, dictatorship
Fasisme telah ditaklukkan pada Perang Dunia II. Persekutuan antara Nazi Jerman, fasis Italia dan Jepang telah dikalahkan, dan rezim-rezim fasis diruntuhkan. Hitler bunuh diri, Mussolini digantung oleh rakyatnya sendiri, dan pemerintah Jepang membubarkan diri sendiri. Fasisme, yang berkembang selama paro pertama abad ke-20, roboh sebelum mencapai paro berikutnya.
Namun, keruntuhan fasisme tidak berarti masalah ini terhapus sepenuhnya dari muka bumi. Setelah Perang Dunia II, fasisme sebenarnya terus berkembang di Dunia Ketiga. Para diktator dan junta yang berkuasa di Amerika Latin dan Afrika, pada dasarnya juga menjalankan sistem fasis.

Kekejaman Fasisme di Amerika Latin

Kaum fasis Dunia Ketiga tidak pernah ragu melakukan kekejian yang mengingatkan pada pembantaian oleh Nazi. Misalnya, diktator Chili Jendral Pinochet, yang naik ke kekuasaan melalui sebuah kudeta militer terhadap Presiden Allende pada tahun 1973, mengubah negerinya menjadi sungai darah. Pinochet membunuh Allende dengan serangan tank dan pesawat jet terhadap Istana Presiden. Namun, rakyat Chili diberitahu bahwa Allende telah melakukan bunuh diri karena menolak untuk menyerah. Setelah itu, Pinochet dengan kejam melenyapkan para pendukung Allende dan kaum oposisi. Junta pimpinannya membunuh ribuan orang pada tahun pertama kekuasaannya, dan sekitar 90.000 dari 9 juta rakyat Chili ditangkap. Teror terhadap penduduk, jasad-jasad yang ditumpuk di rumah mati, atau ditembak dan dibuang ke Sungai Mapocho, penahanan para tersangka di Stadion Santiago, penyanderaan, operasi-operasi pencarian dan penjarahan yang seringkali terjadi, hanyalah sebagian dari kejahatan rezim Pinochet. Lembaga-lembaga pendidikan “dibersihkan”, dan mata kuliah sejarah serta geografi di universitas disensor oleh penguasa fasis.
Pinochet
On April 27, 1995, a former gendarme confessed to the torture carried out during the junta regime. The people then poured onto the streets to protest against Pinochet.
Kediktatoran fasis yang serupa dengan rezim Pinochet juga berhasil meraih kekuasaan di negara-negara Amerika Latin seperti Argentina, Guatemala, El Salvador, Nikaragua, Honduras dan Paraguay, dan juga membawa kekejaman yang mengerikan. Ribuan penentang junta di Argentina “menghilang”.
Berdasarkan bukti-bukti yang ada, lebih dari 2.000 tahanan politik dibawa dengan pesawat-pesawat terbang kemudian dilempar ke lautan dari jarak ribuan kaki di udara. Mantan pasukan pengawal presiden, Federico Talavera, yang muncul di televisi Argentina tanggal 27 April 1995, mengakui penyiksaan-penyiksaan yang dilakukan pada masa itu, menyebutkan di antaranya bahwa wanita-wanita hamil dilemparkan ke laut dan anjing-anjing yang dilatih secara khusus untuk menggigit alat kelamin manusia. Menurut pengakuannya, anjing-anjing itu akan memasukkan alat kelamin para tahanan politik ke dalam mulutnya dan menunggu perintah. Bila si tahanan politik menolak untuk bicara, maka anjing itu disuruh untuk menggigitnya.
The Brutal Dictator Pinochet
pinochetpinochet
PINOCHET'S RIVERS OF BLOOD: Pinochet brought only blood and death to Chile. His regime will be remembered in history for its torture, killings, and "the disappeared." Left. Pinochet at a press conference after his 1973 coup. Right. The Chilean dictator shortly before relinquishing power.
 Dictator Pinochet, Santiago Stadium
In 1984, 3,000 "suspects" were locked in the Santiago Stadium for interrogation. In the first years of the regime, thousands of people were killed, and 90,000 people out Chile's population of 9 million were detained, many of whom were tortured. Such was the manner in which Pinochet introduced fascism to the people of Chile.
Kebrutalan di Guatemala juga tak kalah menakutkan. Pada tahun 1960-an dan 1970-an, rezim fasis yang menggulingkan presiden pertama dan satu-satunya yang terpilih, Jacobo Arbenz pada tahun 1954, mengubah negeri itu menjadi ladang-ladang pembunuhan.
Konferensi Uskup Katolik Romawi menggambarkan kebijakan pemerintah sebagai “pembantaian etnis”. Dalam buku Killing Hope:US Military and CIA Interventions Since World War II, penulis Amerika William Blum menjelaskan cara-cara penyiksaan yang digunakan oleh rezim Guatemala.
Siapa saja yang berupaya untuk mengorganisir suatu serikat kerja atau upaya lain untuk memperbaiki nasib petani, atau semata dicurigai mendukung gerilya, menjadi sasaran… orang-orang bersenjata tak dikenal menggerebek rumah mereka dan menggiring mereka ke tempat yang tak diketahui… tubuh-tubuh mereka yang habis disiksa, atau dipotong-potong, atau dibakar ditemukan terkubur di kuburan massal, atau mengambang dalam kantong-kantong plastik di danau atau sungai, atau terkapar di pinggir jalan, dengan tangan terikat di punggung… tubuh-tubuh dijatuhkan ke lautan Pasifik dari pesawat terbang. Di daerah Gual, disebutkan bahwa tidak ada yang memancing lagi; terlalu banyak mayat tersangkut di jaring… mayat-mayat tanpa kepala, atau dikebiri, atau dengan mata ditusuk peniti… sebuah desa yang dikepung, karena dicurigai menyuplai gerilya dengan orang, makanan, atau informasi, semua lelaki dewasa dibawa dari keluarganya, tanpa pernah dilihat lagi… atau semua orang dibantai, desa tersebut dibuldoser untuk menutupi jejak… jarang korban sebenarnya merupakan anggota kelompok gerilya. Salah satu metode penyiksaan adalah memasukkan kepala ke dalam kerudung penuh insektisida; ada pula kejutan listrik — paling efektif adalah ke bagian kemaluan. 133
Pada tanggal 9 Desember 1979, saudaraku patrocino yang berusia 16 tahun ditangkap dan disiksa selama beberapa hari dan kemudian dibawa bersama 20 pemuda lainnya ke lapangan di Chajul… Seorang perwira pasukan pembunuh dari (Presiden) Lucas Garcia menyuruh para tahanan berbaris… Aku bersama ibuku, dan kami melihat Patrocino; lidahnya telah dipotong dan juga jari-jari kakinya. Perwira serigala itu berpidato. Setiap kali ia berhenti, tentara memukuli para tahanan Indian. Ketika dia selesai dengan omong kosongnya, tubuh saudaraku dan tahanan-tahanan lain menggembung, penuh darah, tak dapat dikenali. Keadaannya sangat mengerikan, namun mereka masih hidup. Mereka kemudian dilempar ke tanah dan diguyur dengan bensin. Tentara-tentara itu membakar tubuh-tubuh yang kuyup itu dengan obor, sedang kapten itu tertawa seperti seekor hyena dan memaksa para penduduk Chajul untuk menonton.134 
gSouth African Fascism
South African Fascism
The "apartheid" regime in South Africa followed a racist policy as harsh as that found in Nazi Germany. The native black population, which made up the majority, was oppressed and brutalized for years by the white minority.
Ini hanyalah sedikit contoh. Rezim fasis di Guatemala, yang pertama kali dikendalikan oleh Jenderal Romeo Lucas Garcia, dan kemudian oleh Jenderal Efrain Rios Montt, dengan metode serupa, membunuh lebih dari 100,000 orang. William Blum menjelaskan tentang korban-korban yang “matanya dicongkel, buah pelirnya dipotong dan dijejalkan ke mulut mereka, serta tangan dan kaki mereka dipotong” oleh satuan keamanan, juga para wanita yang “dipotong buah dadanya”.
Rezim fasis yang serupa juga memegang kekuasaan di negara-negara Afrika, seperti Zaire, Uganda, dan Afrika Selatan, untuk waktu yang lama. Rezim Afrika Selatan mengadopsi sebuah ideologi rasis yang bengis, yang mengingatkan kepada Jerman Nazi. Mayoritas kulit hitam di Afrika Selatan, penduduk asli negeri itu, dieksploitir oleh minoritas kulit putih selama bertahun-tahun.
Pendeknya, paro kedua abad ke-20 sama penuhnya dengan kekejaman fasis sebagaimana paro pertama. Rezim-rezim fasis, serupa dengan yang telah digulingkan di Eropa, tumbuh di Amerika Latin dan Afrika, sekali lagi membawa dunia menjadi medan pertempuran di mana, “yang kuat bertahan dan yang lemah tersingkir”.

Fasis Timur Tengah: Saddam Hussein

Pada saat ini, di awal abad ke-21, banyak diktator fasis dari tahun 1960-an dan 1970-an telah menghilang. Namun, fasisme dapat mendongakkan kepalanya kapan saja, di berbagai tempat dan dalam bermacam keadaan. Timur tengah pada khususnya telah menderita oleh kekejaman berbagai rezim dan organisasi fasis. Seorang diktator fasis saat ini tengah mengancam wilayah tersebut: Saddam Hussein.
Saddam Hussein, ıraq
Untuk memahami karakter fasis Saddam Hussein dengan lebih baik, akan sangat berguna jika kita mengkaji masa lalunya.
Peristiwa yang membawanya ke tampuk kekuasaan di Irak berawal dengan sebuah kudeta militer. Pada bulan Pebruari 1963, sekelompok perwira dan militan jalanan, yang menyebut diri mereka Partai Baath (Kebangkitan), mendepak Jenderal Kassem yang saat itu memegang pemerintahan. Di antara para militan ini terdapat seorang anggota muda di antara tim beranggota enam orang yang ditugaskan untuk membunuh Jenderal Kassem: Saddam Hussein al-Tikriti, atau Saddam Hussein dari Tikrit. Walaupun ia bukanlah seorang tentara, Saddam biasanya mengenakan seragam tentara, dan setelah kudeta, dia ditunjuk oleh pemerintahan Baath untuk memimpin sebuah kelompok yang bertanggung jawab atas terorisme dan pembunuhan. Hal pertama yang dilakukannya adalah mengembangkan metode-metode penyiksaan baru dan efektif untuk menginterogasi para penentang kudeta. Pemerintahan yang berkuasa setelah kudeta runtuh pada bulan November tahun itu juga. Saat itu terungkaplah fasilitas penyiksaan milik Saddam, yang penuh dengan berbagai sarana penyiksaan yang ia ciptakan sendiri.
Pemerintahan Baath berlangsung kurang dari sepuluh bulan, dan digulingkan oleh kudeta lain. Tetapi partai tersebut melakukan kudeta kedua pada 17 Juli 1968. Kali ini mereka bertahan.
Pemimpin kudeta Baath kedua adalah “si ahli penyiksaan” Saddam Hussein. Dia menempatkan keluarga dekatnya pada posisi-posisi kunci dalam rezim, dan akhirnya memegang kekuasaan sepenuhnya dengan menghabisi pesaing-pesaingnya. Si penyiksa tanpa rasa kasihan telah menjadi diktator Irak.
Setelah berkuasa, Saddam melanjutkan perang dan konflik terus-menerus. Pada tahun 1988, dia melancarkan sebuah serangan yang mengejutkan dan tak dapat dibenarkan terhadap Iran, dan menduduki wilayah negara itu. Perang ini berlangsung selama delapan tahun dan menelan korban ratusan ribu bangsa Irak dan Iran. Dua tahun setelah perang berakhir, dia menginvasi Kuwait, yang juga tak dapat dibenarkan, sehingga berkobarlah Perang Teluk. Seperti Hitler, yang melancarkan serangan biadab selama empat tahun untuk memperluas territorial Jerman, Saddam meneror mereka yang ada di sekitarnya.
Lebih jauh lagi, dia tanpa rasa sesal menggunakan cara-cara yang paling menindas terhadap rakyatnya sendiri. Sepanjang pemerintahannya, mereka yang dipandang sebagai penentang rezimnya, dan berbagai kelompok politik dan etnis, mengalami segala macam represi. Sebuah edisi majalah Newsweek menggambarkan karakteristik fasis Saddam sebagai berikut:
Para penentangnya menyebut Saddam tiran yang haus darah—Tukang Jagal dari Baghdad. Saddam Hussein memerintah Irak dengan tangan besi, didukung oleh jutaan tentara dan legiun spion, pembunuh dan penyiksa. Saddam, sebagaimana yang dikenal di seluruh Timur Tengah, benar-benar kejam dalam mengejar kejayaan diri dan negerinya. Ia tidak pernah ragu menggunakan gas beracun untuk mengalahkan musuh-musuhnya, baik di dalam maupun luar negeri.135
Saddam telah begitu banyak menumpahkan darah bangsa Irak. Di akhir perang Irak-Iran, satu juta dari 17 juta rakyat Irak terbunuh dan terluka. Lebih dari satu juta orang meninggalkan negeri itu karena alasan politis dan ekonomi. Organisasi hak asasi manusia Middle East Watch menyatakan bahwa banyak orang Irak yang direlokasi atau dideportasi, ditahan dan dihukum tanpa alasan yang jelas. Selain itu, penyiksaan, eksekusi tahanan politik dan pembunuhan-pembunuhan misterius tersebar luas. Berdasarkan data Amnesti Internasional, metode-metode penyiksaan, bahkan terhadap anak-anak, meliputi memanggang korban di atas api, memotong hidung, tangan dan kaki, payudara dan alat kelamin, dan menghunjami tubuh dengan paku.136
Saddam's Massacre At Halabja, Saddam
Saddam's Massacre At Halabja
Saddam Hussein attacked the village of Halabja in northern Iraq with chemical weapons in 1988, because it would not submit to his authority. Some 5,000 Kurdish civilians in the village died horribly from the burning effects of these weapons. Dead mothers clutching their babies, the corpses of small children in the middle of the streets, demonstrated that the Iraqi dictator was a cruel fascist sharing the same philosophy as Hitler and Mussolini.
Kekejian yang dilakukan Saddam di Halabja pada tahun 1988 memperlihatkan perlakuan fasisnya terhadap rakyat dari berbagai jenis etnik. Ia menggunakan gas saraf terhadap penduduk Kurdi, membunuh banyak orang tak bersalah, laki-laki dan perempuan, anak-anak dan orang tua. Amnesti Internasional melaporkan bahwa 5.000 orang Kurdi terbunuh dalam sebuah serangan gas beracun di sebuah desa Halabja, dan ribuan lainnya tewas dalam serangan serupa di tempat lain di negeri itu. 137
saddam, money
Saddam compares himself to Nebuchadnezar, the pagan ruler from ancient Babylon. (Above. A coin Saddam had minted to that end.) Like all fascists, Saddam is nostalgic for the savagery of ancient paganism.
Siksaan yang dialami lawan-lawan politik Saddam bahkan lebih buruk lagi. Seorang dokter yang melarikan diri dari Irak menuturkan: “Saya seorang dokter di sebuah rumah sakit di Selatan. Hanya dokter yang diperbolehkan memeriksa orang-orang yang dibawa dari penjara. Sebagian besar dari mereka hanyalah bongkahan daging, dan kebanyakan telah meninggal. Tidak ada tahanan politik yang mampu hidup setelah penyiksaan. Saya melarikan diri ketika sadar bahwa saya akan ditahan.”138
Bahkan keluarga dan rekan terdekat Saddam sendiri menjadi korban kekejamannya. Saudara tirinya, Barzan Tikriti, kabur ke Uni Emirat Arab karena takut akan dibunuh oleh Saddam dan putranya Uday. Dua menantu Saddam, Hussein dan Saddam Kamel, melarikan diri ke Yordania karena takut padanya. Saddam kemudian menjamin bahwa hidup mereka tidak akan terancam. Namun begitu kakak-beradik itu kembali ke Baghdad, mereka dan ayah mereka langsung dibunuh. Setelah itu, tubuh ibu mereka ditemukan terpotong-potong, semua terjadi di depan mata dunia.
Pemimpin Irak juga menggunakan cara-cara yang kejam untuk mengintimidasi para penentang yang lari dari negeri itu. Misalnya, Jenderal Najib Salihi, yang lari ke Yordania pada tahun 1995, melaporkan bahwa keluarga dekatnya diperkosa dan video rekaman pemerkosaan itu dikirim kepadanya. Ia juga mengungkapkan, hal serupa dilakukan pula terhadap banyak lagi penentang rezim itu.
Dari contoh-contoh tersebut kita dapat melihat bahwa kekuasaan Saddam di Irak seluruhnya berdasarkan intimidasi, teror dan penyiksaan, sementara rakyat di bawah rezim fasisnya hidup dalam kelaparan, pengangguran, dan kemiskinan. Anak-anak kecil sekarat akibat kelaparan dan kekurangan obat-obatan, sedangkan yang lainnya menemui ajal atau kepunahan. Walaupun begitu, rakyat tidak bersuara menentang Saddam, baik karena takut atau pengaruh hipnosis massa, justru sebaliknya menyalahkan “mereka”, yakni musuh-musuh Saddam, untuk kemiskinan yang mereka derita.
Saddam's Complex
Saddam's Complex
While the people of Iraq are living in poverty and hunger, Saddam lives in great pomp in the 50 palaces he had built.(To the side is a plan of one of these palaces.) Saddam's son Uday shares his father's paranoia. Fascism in Iraq passes from "father to son."
Pada diri Saddam, kita juga dapat melihat beberapa karakteristik fasis lainnya. Di antaranya adalah bagaimana ia membandingkan dirinya dengan diktator pagan di masa silam, sebagaimana dilakukan Nazi dan kaum fasis lainnya. “Sparta” yang dipilih Saddam adalah Babilonia, sebuah kerajaan pagan di Timur Tengah kuno. Dia menganggap dan menggambarkan dirinya sebagai pewaris dari Raja Babilonia Nebukadnezar, yang “tiada lawan dari ufuk hingga ke langit”. Di irak, diselenggarakan upacara-upacara yang melambangkan kebangkitan Kerajaan Babilonia, dengan cara yang mengingatkan kepada berbagai upacara pagan yang dilakukan Nazi. Nebukadnezar, yang menghancurkan kuil Sulaiman dan menggiring Bani Israil ke Babilonia sebagai tawanan, dikenal sejarah dengan dua karakteristik, yakni sebagai seorang panglima yang kejam dan seorang arsitek besar. Dia juga penuh rasa bangga diri yang mendekati psikopat. Dia memerintahkan agar namanya ditulis pada setiap batu bata yang digunakan dalam konstruksi bangunan-bangunan yang didirikannya. Saddam meniru ini, ia menyuruh namanya ditulis pada setiap batu bata yang digunakan untuk membangun istana-istana yang ia dirikan dengan penuh gaya, walau rakyatnya tengah menderita akibat kemiskinan dan kesengsaraan yang ia timpakan.
Namun, sebagian besar rakyat Irak telah dipengaruhi secara psikologis oleh fasisme Saddam, sehingga mereka tidak menganggap pembangunan istana-istana itu sebagai suatu kesalahan atau ketidakadilan atas diri mereka. Sebaliknya, mereka memandang istana-istana ini, di mana Saddam hidup dalam kemewahan yang melimpah, sebagai bentuk kehormatan nasional, dan sesuatu yang dapat dibanggakan kepada bangsa lain.
Contoh lain dari karakter fasis Saddam adalah bahwa dia terkadang memakai kedok agama untuk mencapai tujuan-tujuan politiknya, walaupun ia tidak memiliki keyakinan religius.
Namun, jelaslah bahwa penggunaan simbol-simbol keagamaan untuk tujuan yang tidak sepatutnya (seperti melestarikan kekuasaan Saddam dan menyebarkan kejahatan) merupakan kemunafikan yang besar. Tugas bangsa Irak, dan tentunya juga setiap orang, tatkala berhadapan dengan fasisme, adalah tidak terpedaya oleh metode-metode propagandanya, tetapi membedakan antara orang yang ikhlas dengan kaum fasis yang berpura-pura ikhlas, dan kemudian bertindak sesuai itu. Tidak sukar untuk membedakan antara keduanya, karena seorang fasis tidak pernah menjadi seorang yang benar-benar ikhlas.
Di dalam Al Quran, Allah berfirman tentang para pemimpin yang bermuka dua ini, yang dengan kekuasaan dan kehormatan yang diperoleh dengan cara keliru, menipu rakyatnya agar puas dengan diri sendiri.
“Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling , ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan. Dan apabila dikatakan kepadanya: "Bertakwalah kepada Allah", bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah neraka Jahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya.” (QS. Al Baqarah, 2:204-206)
Serbian Violence
Serbian Violence: Albanian civilians killed by Serbian forces in Kosovo on Jan. 15, 1999.

NOTES

133. William Blum, Killing Hope: US Military and CIA Interventions Since World War II, 4.b., London: Zed Books, 1991, p. 264. 
134. William Blum, Killing Hope: US Military and CIA Interventions Since World War II, p. 269. 
135. Russell Watson, John Barry, "Public Enemy No. 1," Newsweek, 9 April 1990, p.8 
136. Ray Wilkinson, "Iraq's Dark Knight," Newsweek, 9 April 1990, p.12. 
137. Ray Wilkinson, "Iraq's Dark Knight," Newsweek, 9 April 1990, p.12. 
138. Turkish Hurrriyet daily, 21 January 1999, Thursday. 

Hiç yorum yok:

Yorum Gönder